Kecerdikan seorang Zinedine Zidane sangat terlihat bagi sukses Real Madrid semenjak mantan manajer tim Castilla tersebut memimpin tim utama El Real. Tidak salah jika banyak pihak meragukan kemampuan Zidane menangani tim utama; terlebih setelah ia terbilang tidak begitu sukses memimpin tim Castilla di divisi 3. Di sisi lain; posisi manajer Real Madrid merupakan posisi yang sulit karena banyaknya tekanan yang akan dialami dari pihak manajemen klub hingga dari sederet pemain bintang yang ada di dalam skuad. Zidane bukanlah sosok yang sabar dan tenang sebagai seorang pemain; ia adalah sosok emosional yang telah mengantongi 14 kartu merah di sepanjang karirnya. Hanya saja; seorang Zidane ternyata mampu memenangkan kepercayaan manajemen klub sekaligus mendapat hormat di ruang ganti dari para pemain bintang yang ia pimpin.
Sebagai seorang manajer yang memimpin tim di pertengahan musim dengan situasi yang buruk; keberhasilan mengakhiri musim La Liga di peringkat 2 merupakan sebuah prestasi. Memenangkan gelar juara Liga Champions Eropa merupakan prestasi besar. Selama memimpin Real Madrid di 45 pertandingan; Zidane mencatat rata – rata poin 2,6 per pertandingan. Ia mencatat angka tertinggi dibandingkan manajer lain dalam sejarah klub Real Madrid. Tidak salah jika ada harapan besar yang kini disandang oleh Zinedine Zidane dalam memimpin Real Madrid di musim penuh pertamanya.
Sukses memuncaki klasemen sementara Liga Liga dan situasi di kompetisi Eropa yang terkendali menunjukkan kemampuan luar biasa Zinedine Zidane dalam mengelola skuad Real Madrid; terlebih lagi ia belum pernah membeli pemain bintang semenjak menduduki jabatan manajer. Satu – satunya pemain bintang yang ia tambahkan ke dalam skuad hanyalah Alvaro Morata; pemain yang kembali ke Santiago Bernabeu sebagai pemain cadangan setelah Real Madrid mengaktifkan klausul pembelian kembali sang pemain dari Juventus.
Keberhasilan Real Madrid memenangkan derby kota Madrid dengan skor 3 – 0 di Vicente Calderon menunjukkan sisi lain dari kecerdikan Zidane. Pilihan pemain dan formasi yang dipilih Zidane benar – benar mengejutkan Diego Simeone dan seluruh pemain Atletico Madrid. Zidane datang ke Vicente Calderon tanpa Pepe, Toni Kroos, Casemiro dan Alvaro Morata; sedangan Karim Benzema dan Sergio Ramos yang tidak dalam kondisi fit duduk di bangku cadangan. Zidane merubah formasi 4 – 3 – 3 menjadi 4 – 4 – 1 – 1 dengan memainkan Ronaldo sebagai penyerang tunggal dan memainkan Isco sebagai penyerang gantung yang bergerak bebas di belakang Ronaldo. Ketika Diego Simeone menambah tekanan dengan memasukkan Kevin Gameiro dan Angel Correa; Zidane dengan cerdik melakukan perubahan untuk mengoptimalkan peluang melakukan serangan balik. Kemenangan dengan skor 3 – 0 berkat hatrik Ronaldo menunjukkan kemampuan Zidane meramu strategi dan memanfaatkan skuad yang ia miliki untuk memenangkan pertandingan.